Dear Nanang….

Suratku kali ini datang di derasnya hujan dan angin kencang pada awal tahun. Kemanakah hasrat hidup itu Nang. Bila aku disini mengais reruntuhan-reruntuhan pondasi yang kami bangun dengan susah payah. They say, people come into your life for a reason. Let’s we talk about friendship. Apa yang dibilang teman baik Nang? care? selalu ada saat kita membutuhkan? sedangkan aku disini berteman dengan kepalsuan senyum mereka. haha.. sakit Nang. Aku berteman denganmu pun tanpa alasan Nang. Saat kita tertawa, saat aku terjatuh [meskipun seringkali kau juga tertawa] tapi tidak ada kepura-puraan itu Nang. Disaat kakak-kakak kelas itu men-zolimi [bener ga sih nulisnya ya?] diriku yang katanya terlalu famous. Kau tertawa mengatakan bahwa aku terlalu PD. hihi.. iya Nang, aku terlalu PD sampai muncul waham-waham kecurigaan pada orang-orang yang tak sengaja berbisik di depanku. How can i move on? berlakukah “Anjing menggonggong kafilah berlalu” haha..

More

Another Fiction Letter

hanya aku..” Kutunggu satu purnama lagi…”

Ctak..ctak.. Hari itu tak kunjung tiba. Lelaki itu tetap ditempatnya, menunggu seperti biasanya. Tidak ingin beranjak, mekipun perempuan itu tak kunjung datang. Hanya mata yang beradu, sesaat lelaki itu mematikan rokoknya. Tersenyum tipis seperti biasanya.

Ah, mata yang teduh.. tersimpan berjuta mimpi yang akan dipenuhinya kelak bersamaku nanti.

Dear Nanang, sudah lama aku tak bersurat padamu. Kuceritakan lagi satu kisah hidupku yang mungkin sudah kau tebak begitu surat ini sampai padamu. Dia masih disitu, ditempat yang sama. Kadang sambil membawa buku, dikala hujan dia memesan secangkir kopi panas. Sesekali melirik keluar, ditempat biasanya aku datang. Sering aku melihatnya dari kejauhan, dia masih disana. Susah sekali Nang, kali ini aku yang bego! Kukira engkau telah menerima surat darinya juga. More